Minggu, 07 Oktober 2012

Infrastruktur program penurunan NRW


Infrastruktur program penurunan NRW
Teguh.cahyono@pdamkotamalang.com

Infrastruktur adalah sarana yang perlu disiapkan terlebih dahulu agar kegiatan/program kerja dapat dilaksanakan dengan lancar dan sesuai harapan. Semakin infrastruktur tersedia dengan baik, maka akan semakin baik atau effektif juga hasil yang diperoleh. Demikian juga dalam melaksanakan kegiatan penurunan NRW. Semakin infrastruktur untuk program penurunan NRW tersedia secara baik, maka semakin effektif juga aktifitas untuk penurunan NRW dilakukan.
Infrastruktur penurunan NRW yang harus dipersiapkan menurut penulis dapat mengadopsi teori 3M (Man, Material, Money) :
1.       MAN
Sumber daya manusia sewajarnya dipersiapkan yang sebaik-baiknya, mengingat kompleksitas permasalahan NRW yang cukup tinggi.
Dimulai pada saat recruitment , perlunya disusun terlebih dahulu spesifikasi teknis/ kompetensi yang diperlukan dan jumlah personel yang dibutuhkan.
Menurut penulis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan program penurunan NRW adalah personel yang mempunyai kompentesi :
a.       IT : GIS dan Database
b.      SPAM ( Sistem Penyediaan Air Minum)
c.       System distribusi
d.      Model hidrolik
e.      Instrumentasi
f.        Water balance
g.       Komunikator dan kepribadian yg baik
h.      Dll
Recruitment dapat dilakukan dengan menseleksi karyawan Internal atau dari external PDAM.
Setelah recruitmen dilaksanakan, maka menurut penulis hal yang perlu dilakukan adalah DIKLAT tentang penurunan NRW sebagai upaya untuk standarisasi kompetensi pengetahuan NRW bagi para petugas NRW. Tidak banyak lembaga yang mengadakan diklat NRW di indonesia . namun ada beberapa yang mempunyai agenda tetap diklat NRW seperti YPTD dan AKATIRTA magelang . Kadang2 ada dari lembaga donor seperti USAID,  AUSAID, world bank dan ADB bank menyelengarakan pelatihan atau workshop tentang NRW namun tidak mempunyai agenda yg tetap. Demikian juga  beberapa  DPD Perpamsi seperti DPD perpamsi DKI , DPD Perpamsi JATENG dll
Yang tidak kalah pentingnya dalam recruitmen selain kompetensi adalah merecrut petugas yang mempunyai motivasi/komitmennya tinggi dalam memajukan PDAM, karena pekerjaan penurunan NRW memerlukan dedikasi yang tinggi mengingat kompleksitas permasalahan.
Terkait dengan SDM yang juga harus disiapkan adalah organisasi NRW  seperti yang pernah saya tulis dalam majalah AIR MINUM edisi juli 2012

2.       MATERIAL
Mengadopsi teori strategi berkelanjutan 4 elemen cara penurunan NRW, maka infrastruktur material yang harus dipersiapkan menurut penulis adalah sbb :
a.       MAP/peta jaringan
Sesungguhnya map/peta adalah hal yang vital yang harus dimiliki oleh PDAM khususnya bagian yang mengelola jaringan distribusi. Bisa dibayangkan bagaimana mungkin bisa mengalirkan air dengan baik dari IPA s/d pelanggan bila peta jaringan Trans-Dist tidak ada/ tidak akurat. Sama halnya dengan pertempuran melawan musuh, peta digunakan sebagai alat untuk penguasaan medan untuk  memenangkan suatu pertempuran. Demikian juga dalam memanage NRW, peta adalah hal yg pokok dalam memerangi NRW. Semakin akurat peta yang dimiliki akan semakin mudah dalam memanage system distribusi maupun NRW.
Peta dapat berupa hardcopy maupun softcopy dan akan lebih baik bila berformat GIS. Apapun format peta yang kita miliki ,yang penting PDAM harus mempunyai peta yang up to date dengan akurasi yg memadai.
b.      DMA
Infrastruktur berikutnya yg harus disiapkan adalah DMA (District Meter Area)
Luasnya Jaringan distribusi yang mayoritas menggunakan sistem loop diseluruh daerah layanan berakibat pada sulitnya pengendalian sistem aliran air, khususnya untuk mengendalikan/ mengkontrol tekanan, flow dan NRW. Untuk mempermudah pengendalian aliran, diperlukan redesign sistem distribusi menjadi zona-zona yang lebih kecil ( 250 s.d 1.000 SR ) dengan 1 pipa input yang masuk zona tsb.  Setelah zona-zona pelayanan yg lebih kecil terbentuk, maka zona2 tsb perlu dilengkapi dengan meter induk ,agar kita dapat memonitor kinerja zona2 tsb. Zona2  kecil dengan 1 input yg dilengkapi meter induk yg seterusnya disebut DMA (district meter area).
Dalam redesign sistem distribusi dari sistem loop ke sistem DMA, peranan map/ peta jaringan distribusi dan tingkat akurasi peta tsb akan  sangat menentukan keberhasilan design dan pelaksanaan pembentukan DMA-DMA
DMA perlu distandarisasi agar operasional dan kinerja DMA itu dapat senantiasa terkontrol baik dari sisi flow, presure, NRW dan kwalitas air distribusi .PDAM Kota Malang telah menstandarkan untuk tiap2 DMA harus dilengkapi dengan PRV (untuk keperluan pressure management), Meter Indduk (electromagnetic flow meter), GSM/online data logger ( flow dan presure ) pada input DMA. Sedangkan di daerah layanan dilengkapi dengan presure point,valve resilient (untuk kebutuhan step test) serta public fountain tap (kran air siap minum untuk masyarakat).
Di masa mendatang untuk memonitor kwalitas air, maka fountain tap akan dilengkapi dengan residual chlorine analyser yang online/GSM, dimana teknologi tsb sudah mulai banyak tersedia di pasaran.  
Dengan infrastructure atau standard DMA tsb, maka program penurunan NRW akan dapat terlaksana dengan baik ,utamanya untuk kegiatan pressure management, ALC (Active Leakage Control) ,ALR (Awareness-Locate-Repair) dan water balance tiap-tiap DMA
c.       Presure management
Dalam sistem jaringan distribusi selalu ada background leakage dan kebocoran pipa. Semakin besar tekanan air dalam pipa jaringan distribusi ,maka akan semakin besar pula background leakage dan kebocoran pipa. Sehingga tekanan air perlu dimanage untuk mengurangi background leakage dan kebocoran pipa. Ada beberapa metoda untuk memanage tekanan :
                                                               i.      PRV (Presure Reducing Valve)
PRV adalah valve yang mampu mengontrol secara automatic tekanan pada jaringan pipa sesuai dengan seting yang kita inginkan. sedangkan valve biasa tidak dapat melakukan kontrol tekanan pada saat tekanan dinamis sekaligus dengan tekanan statis.
PRV saat ini berkembang dengan berbagai variant, mulai dari PRV yang standard sampai PRV yang sangat canggih. Kita dapat memilih berdasarkan kebutuhan dan Budget yang kita miliki.
                                                             ii.      Inverter/VSD (variable Speed Drive)
Inverter adalah peralatan yang ditambahkan pada sistem panel Pompa agar flow maupun tekanan pompa dapat dikendalikan sesuai seting , baik saat beban minimal maupun beban maksimal.  Pada saat waktu beban minimal pompa dapat mengurangi tekanan sekaligus flow yang didistribusikan, yg mana tanpa inverter pompa menghasilkan tekanan yang tinggi pada saat waktu beban minimal. sehingga dengan metoda inverter kita dapat menurunkan NRW .
Dari pengalaman PDAM Kota Malang, teknik pressure management merupakan metoda yang dapat menurunkan NRW di DMA terbentuk secara instan dan cepat.

d.      Instrumentasi
Untuk membantu analisa NRW, PDAM perlu mempunyai instrument antara lain
Portable flow meter ( ultrasonic flow meter dan insertion flow meter) , flow/pressure/ water level reservoir data loger  ( online maupun offline), manomater,metal detector, corelator, ground microphone
e.      IT
NRW pada dasarnya mengelola jutaan data spasial/peta dan data base berupa jaringan distribusi dari berbagai variasi material, diameter, tahun pemasangan, flow, pressure, kwalitas air dan pelanggan dari berbagai variasi klasifikasi tariff, tahun pemasangan, diameter pipa dinas/meter air, pemakaian air serta transaksi-transaksi harian pas.baru, pipa bocor, ganti meter, tutup sementara/ tetap dll. Maka menurut penulis program penurunan NRW perlu didukung dengan system IT yang memadai yang dapat mengakses dan menganalisa data untuk kebutuhan program penurunan NRW.
3.       MONEY
Dari uraian diatas dapat dibayangkan kebutuhan dana yang diperlukan untuk belanja/investasi  dari sisi MAN/SDM maupun Material adalah cukup besar. Belum lagi biaya yang diperlukan untuk operasional. Namun penulis beranggapan bahwa biaya untuk menurunkan NRW jauh lebih kecil dibandingkan apabila kita berinvestasi untuk penambahan produksi, transmisi, distribusi dan reservoir. Karena dengan penurunan NRW tidak saja pdam bisa menunda investasi produksi tapi juga bisa menunda investasi untuk transmisi,distribusi dan reservoir yang nilainya juga relative tinggi.

Untuk dapat melaksanakan program NRW secara sistematis, maka infrastruktur spt terurai diatas harus disediakan/disiapkan terlebih dahulu . Setelah infrastruktur NRW tersedia maka operasional program penurunan NRW dapat dilakukan secara berkesinabungan dan sistematis.

Sabtu, 06 Oktober 2012


Dimulai dari Organisasi NRW
Oleh : Ir. Teguh Cahyono, MAB
Direktur Teknik PDAM Kota Malang

NRW (Non Revenue Water) merupakan penyumbang terbesar un-Effisiensi yang terjadi di banyak Perusahaan Air Minum (PAM/PDAM) di seluruh Indonesia bahkan di seluruh dunia, termasuk di PDAM Kota Malang. Bila dihitung sebagai persentase selisih air yang terjual terhadap air yang diproduksi, NRW jadi penyebab utama buruknya kinerja Perusahaan Air Minum. Menurut data resmi Departemen Pekerjaan Umum, rata-rata NRW PDAM di Indonesia mencapai sekitar 37 persen, Dengan NRW 37 persen, peluang pendapatan yang hilang mencapai Rp 1,139 triliun per tahun.Ini menunjukkan ketidak efektifan perusahaan pada kerugian sebesar itu yang terdiri dari kerugian biaya produksi dan kehilangan potensi pendapatan yang secara langsung maupun tidak langsung keduanya berakibat terhadap keuangan perusahaan.
Banyak yang beralasan bahwa NRW disebabkan pipa tua sehingga pipa yang harus diganti besar sekali volumenya, secara tidak langsung membutuhkan dana sangat besar untuk pergantian pipa tua tersebut. Melihat alasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa masih banyak yang belum paham betul tentang NRW, kalau kita bicara NRW kita tidak hanya bicara kebocoran fisik yang mungkin benar disebabkan oleh pipa tua, tapi kita juga bicara kebocoran non fisik yang mungkin tidak disebabkan oleh pipa tua.Jadi belum tentu NRW disebabkan oleh pipa tua, bisa juga memang meter pelanggan yang tidak akurat, banyak illegal connection dsb. Di PDAM Kota Malang pipa tua (pipa peninggalan Belanda) kondisinya sangat baik, rata – rata ketebalannya 1 cm, ini menunjukan bahwa justru pipa – pipa yang dianggap tua adalah pipa kualitas terbaik yang tentunya harganya saat ini pasti mahal sekali.
Penyelesaian NRW membutuhkan kegiatan, pemikiran, dana dan resiko yang tidak dapat dikatakan sepele. NRW mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi dilihat dari berbagai teori manajemen seperti POAC,SWOT,fishbone diagram,balanced score, siklus deming,3M/5M,menejemen mutu, risk management, menejemen asset dsb. Padahal modal utama penyelesaian NRW adalah komitmen yang kuat dari manajemen perusahaan. Menurunkan NRW bukan pekerjaan yang selesai dalam 1 sampai dengan 2 tahun, melainkan pekerjaan yang harus dilakukan terus menerus. Untuk menjamin keberlanjutan program penurunan NRW, PDAM Kota Malang beranggapan sulit ditanganni secara baik bila hanya dibentuk secara adhoc / team, apalagi kalau team yang menangani terdiri dari personel yang masih menangani pekerjaan dibagian yang terstruktur yang berarti NRW sebagai pekerjaan sambilan disamping pekerjaan utama dibagian mana personel tersebut ditugaskan. Sehingga perlu dibentuk organisasi yang menangani NRW yang bersifat tetap dan terstruktur di PDAM Kota Malang.
Tetapi dengan minimnya referensi struktur organisasi NRW, itu menjadi hambatan dalam membentuk organisasi NRW, sehingga timbul kebingungan untuk membangun organisasi NRW. Bagaimana bentuk organisasinya dan dimana dalam struktur organisasi perusahaan NRW ditempatkan. Organisasi NRW membutuhkan multi disiplin ilmu pengetahuan dan jenis pekerjaan yang multi bidang. Seperti ditulis di awal bahwa kalau kita bicara NRW berarti kita bicara physical losses (kebocoran fisik) dan commercial losses (kebocoran non fisik), kedua hal tersebut adalah tugas utama organisasi NRW. Bila ditaruh dibawah direktorat teknik, NRW mempunyai tugas untuk menurunkan commercial losses yang pasti berhubungan dengan direktorat adm dan keu di bagian pencatatan meter pelanggan, billing system, dsb. Kalau diletakkan di bawah direktorat adm dan keu, NRW mempunyai tugas yang bersifat teknis di bawah direktorat teknik. Sehingga dalam pembentukan organisasi NRW diperlukan kearifan semua pihak untuk meninggalkan ego bagian serta lebih mementingkan bagaimana organisasi NRW dapat segera berjalan dengan efektif sehinggan NRW dapat secepatnya dikendaliakan. Organisasi NRW tidak bisa berjalan bila tidak didukung oleh bagian – bagian lain.
PDAM Kota Malang untuk membentuk organisasi NRW dimulai dengan mengiventarisir tugas dan kegiatan yang harus dilakukan organisasi NRW dalam rangka mengendalikan tingkat NRW, dengan mengacu dari referensi sebagai berikut :
a) Pedomanan Penurunan Air Tak Berekening (NRW) oleh BPPSPAM dep. PU
b) Teori 4 elemen strategi pengendalian NRW
c) Teori physical losses dan commercial losses
d) IWA Water Balance
Adapun tugas dan kegiatan yang berhasil diinvertarisir yang sesuai deng reverensi dan kondisi eksisting PDAM Kota Malang adalah sebagai berikut :
1.     Penyusunan rencana pembentukan DMA/Cell
2.     Pelaksanaan pembentukan DMA/Cell
3.     Analisa dampak pelaksanaan isolasi batas DMA
4.     Pengujian isolasi batas DMA
5.     Mementapkan / menyempurnakan dan monitor DMA terbentuk
6.     Membuat model hidrolika aliran air di jaringan pipa distribusi berikut kalibrasi model hidrolikanay di setiap DMA terbentuk
7.     Melaksanakan Pressure Management / pengaturan tekanan air didalam pipa
8.     Investigasi kehilangan air (STEP TEST)
9.     Update GIS jaringan pipa distribusi dan asesorisnya berdasrkan realisasi dilapangan
10.   Memantau,mencatat dan merawat meter DMA
11.   Menghitung water balance DMA yang terbentuk dan secara keseluruhan SPAM
12.   Menetapkan besarnya NRW/ILI setiap DMA yang terbentuk
13.   Mencari physical losses
14.   Mencari Commercial losses
Maka dari kegitan yang sudah terinvertarisir dapat didesign organisasi yang mampu melaksanakan semua aktifitas secara efektif,effisien dan kontinyu. Oleh karena itu dapat dikelompokkan berdasarkan jenis pekerjaan sebagai berikut :
a)     Pembentukan DMA/cell (merencanakan,pelaksanaan,monitoring dan evaluasi)
b)     Perhitungan Water Balance (SPAM dan DMA terbentuk)
c)     Pencarian kebocoran secara aktif (fisik dan non fisik)
Kemudian dapat dikelompokkan lagi berdasarkan tingkat kesulitan dan pemerataan beban kerja di masing – masing unit kerja dan specialisasi pekerjaan sebagai berikut :
a) Perencana,Monitoring,Evaluasi dan Manajemen Tekanan di DMA terbentuk
b) Pelaksana pembentukan DMA
c) Perhitungan water balance (SPAM dan DMA terbentuk)
d) Pencarian kebocoran secara aktif (fisik dan non fisik)
Melihat dari hasil pengelompokan berdasarkan jenis pekerjaan & beban pekerjaan, maka organisasi NRW di PDAM Kota Malang lebih pas ditempatkan di bawah direktorat teknik lebih khususnya lagi di bawah bagian Distribusi, karena mempertimbangkan kendala – kendala yang akan dihadapi organisasi NRW dalam menjalankan aktifitasnya sehingga kendala tersebut dapat dikurangi supaya organisasi NRW dapat berjalan secara efektif,efisien dan kontiyu.
Salah satu kendala yang mungkin dihadapi adalah dalam pembentukan DMA, dimana saat pembentukan DMA terjadi ketidaksesuian antara design DMA dan kondisi lapangan/eksisting. Hal ini dapat berakibat pada standart minimal pressure dan flow yang tidak tercapai, bisa menimbulkan complain dari pelanggan yang tentunya dapat menimbulkan konflik dengan bagian distribusi yang mempunyai wilayah/otorita terhadap jaringan distribusi dan bertanggung jawab terhadap pencapaian standart minimal tekanan dan flow ke pelanggan, ini bisa menghambat program kerja organisasi NRW. Singkatnya pembentukan DMA merupakan redesign system distribution yang merupakan otorita bagian distribusi. Karena pembentukan DMA adalah langkah awal dalam pekerjaan penurunan atau pengendalian NRW. Sedangkan aktivitas organisasi NRW lainya adalah membutuhkan data – data untuk analisa penurunan NRW dapat diakses langsung di database center SIM PDAM Kota Malang.
Organisasi NRW PDAM Kota Malang yang sudah terbentuk (gambar.1) ini diharapkan mampu membangun dan memelihara DMA yang sempurna di seluruh system jaringan distribusi PDAM sehingga memudahkan untuk operasional manajemen tekanan (pengendalian air) dan pengendalian kebocoran (fisik dan non fisik). Juga diharapkan mampu dalam menghitung water balance di DMA terbentuk dan SPAM keseluran secara rutin dan berkesinambungan. Serta dituntut untuk melakukan tindakan pencarian kebocoran secara aktif (fisik dan non fisik) di DMA terbentuk bersarkan hasil perhitungan water balance (gambar.2). Sedangkan pelaksana perbaikan atau penyelesaian dari hasil pencarian kebocoran (fisik dan non fisik) dilaksanakan oleh bagian lain sepeti bagian kebocoran,ganti meter,pelanggaran,tutup tetap/sementara dll.
Design organisasi NRW PDAM Kota Malang ini merupakan salah satu bentuk komitmen dari manajemen PDAM Kota Malang yang sangat berharap dapat segera merealisasikan penurunan NRW secara signifikan dan berkesinambungan. Amin
Pada akhirnya pemikiran dimulai dari organisasi NRW hanya merupakan langkah awal untuk melakukan upaya menurunkan NRW yang diharapkan dapat berjalan secara efektif,effisien dan sustainable.
Mengutip dari sebuah tulisan ; “bisnis air adalah bisnis yang penuh berkah, karena pengolahannya memberikan layanan yang paling dibutuhkan oleh manusia. Karena itu, setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan, dengan focus penurunan NRW, senantiasa memberikan anugerah bagi pembawa amanah”. Maka mari kita laksanakan amanah ini dengan semangat dan penuh percaya diri yakin pasti bisa menurunkan NRW.

Manajemen Tekanan di PDAM Kota Malang


Persiapan pemasangan Pressure Reducing Valve (PRV) di pipa 500 mm Jl Panglima Sudirman
Zona Pelayanan Wendit 1 Tanggal 6 Oktober 2012